
Setelah sekian abad kesana kemari mencari buku ini (dung.. dung..:D ) di berbagai toko buku di daerah saya, -dan masih lumayan susah ditemui-, akhirnya buku ini ada juga di tangan saya. Yummy! ^^
Langsung saya sikaaaaat ke-20 cerpen fantasi terbaik dalam buku Fantasy Fiesta 2011. Ternyata memang buagus-buagus banget lho cerpennya, dengan berbagai gaya, latar, dan masa.
Dari ke-20 cerpen yang disajikan, saya tertarik dengan cerpen Dongeng Kanvas karya Luz Balthasaar, dan Tukang Sapu karya Erwin Adriansyah.
Oke, kali ini saya mau me-review kedua cerpen pilihan saya itu.
Dongeng Kanvas
Saya sukaaa banget dengan judulnya. Unik, asyik, dan bikin penasaran.
Tapi pas saya baca sampai ending, saya agak keberatan dengan beberapa hal ini:
- Penamaan Tokohnya.
Saya suka banget dengan nama Peadar, Coll, Ruis, Dair, Tadhg. Nama-nama yang berbau fantasi. Tapi saya kurang suka dengan nama sang tokoh utama, Una. Aduh, itu kan nama temen saya. Kesannya Indonesia Raya banget. deh. Kurang bernapas fantasi. Apalagi itu untuk nama seorang tokoh utama. Rasanya nama si tokoh utama jadi kebanting (kalah bagus) dengan nama tokoh-tokoh minornya... T_T
hiks..padahal saya suka banget sama karakter Una.
- Ada adegan kecil yang bikin saya jadi kepingin ngunyah tembok . Yaitu adegan Una hampir terjerembab di tangga Museum, dan tiba-tiba ditangkap oleh Coll, sambil pegang-pegangan tangan pula. Aduh, ini adegannya kayak sinetron deh, jiakakak... (Dimana biasanya sang cewek terpeleset terus ditangkap seorang cowok tampan-red). Tapi untunglah yaa ini ceritanya bukan soal cinta-cintaan ^^
- Judulnya terlalu standar.
Dari judulnya, pasti cerpen ini mengisahkan kehidupan seorang tukang sapu. Uhhh.. Seandainya Erwin bikin judulnya yang lebih nendang, pasti bakal lebih memikat. Judulnya kurang menarik. Coba kalau judulnya lebih dihiperbolis sedikit, misalnya: 'Penakluk Debu', kan lebih menggelitik pembaca. Jiakakak.
- Bahasa dalam dialog.
Untuk narasi, saya sangat suka bahasanya. Tapi pas di dialog, saya nggak suka kosa kata: Naek, Pengen, make. Aduh, kurang merdu. Saya ngerti maunya Erwin pakai bahasa gaul dalam dialog, tapi bahasa gaul kan tulisannya gak (alay) kayak gitu.
- Saya nggak ngerti maksud kalimat yang satu ini (Saya kutip dari cerpennya Erwin): A sach mentshen zehen, bla bla bla. (ups, spoiler :D ). Itu bahasa apaan, ya? Si penulis bahkan gak ngasih tauk itu dari bahasa apa dan artinya apa. Ataukah cuma buat tempelan aja? Menurut saya jadi terkesan meaningless, lah. :3
- Sampai 6 halaman pertama dalam cerpen Tukang Sapu, saya hampir menguap karena gak menemukan esensi fantasi di cerpen ini. Cuma membahas kerjaan si Tukang Sapu. Sedikit monoton dan entah mau dibawa kemana alurnya. Tapi lembar-lembar berikutnya baru deh terasa asik ^^
Yeah, saya juga sangaaat suka dengan cerita ini karena berlatar masa kini, setting di Indonesia Raya pula. Temanya juga sangat reality, tentang kehidupan seorang tukang sapu. (tadinya saya pikir tukang sapu terbang...hihihi). Saya terkesan dengan ide ceritanya. Konfliknya. Bahkan endingnya bikin saya berdecak kagum. Endingnya lucu dan sangat reality.
Untuk cerpen ini saya kasih rating 2,57 dari rentang 0-5. ^^
Sekali lagi, ini hanya review dari saya pribadi. Jadi kalo ada yang beda pendapat dari saya, mohon maap bila tak berkenan dihati ^^
Sukses buat Luz Balthasaar, Erwin Adriansyah, dan ke-18 penulis di Fantasy Fiesta 2011. Saya cuma bisa review 2 dari ke-20 cerpen di dalamnya. ^^
Penasaran dengan 18 cerita keren lainnya? Yuk beli bukunya di toko buku terdekat!
Wuah, thanks repiunya Mas Mono!
BalasHapusKalau suka Dongeng Kanvas, silakan diintip The Making Of-nya, di sini...
The Making of Dongeng Kanvas
Semoga bisa jadi tambahan inspirasi. ^^
sama-sama :-)
BalasHapusTerima kasih banyak lukisan kayu wajah
BalasHapus